Penyebab lovebird atau burung lain berdada nyilet - Secara umum, penonjolan tulang dada pada lovebird terjadi karena banyak massa otot yang hilang (atrophying). Hal ini merupakan efek langsung dari penurunan bobot badan secara bertahap (akibat kekurangan gizi) maupun secara mendadak (penyakit). Jika tak segera diatasi, sebagian besar lovebird berdada nyilet akan berakhir pada kematian, tetapi sebagian lagi mampu bertahan hidup lebih lama, tergantung dari faktor penyebabnya.
Kisaran bobot ideal lovebird sebenarnya sangat relatif, karena ada juga yang menyebutkan 40-60 gram. Dengan membiasakan penimbangan pada lovebird masing-masing di penangkaran, Anda bisa membuat kisaran sendiri mengenai bobot ideal di tempat Anda. Dari bobot ideal inilah, Anda bisa menentukan apakah lovebird mengalami kegemukan (obesitas), kurus, atau kurus sekali (dada nyilet). Beberapa gangguan kesehatan yang sering dialami lovebird yang bisa mengganggu pertumbuhan badan lovebird, sehingga burung terlihat kurus dan tulang dadanya sangat menonjol (dada nyilet):
1. PENYAKIT PDD
Penyakit PDD pertama kali dijumpai pada burung macaw, sehingga sering disebut juga sebagai macaw wasting disease. Sekarang PDD tidak hanya dijumpai pada macaw, tetapi juga pada burung paruh bengkok (parrot) lainnya seperti nuri, kakatua, parkit, amazon, dan lovebird.
Gejala klinis yang khas dijumpai pada burung penderita PDD adalah:
- Pada kotoran burung terdapat biji yang masih utuh, atau bisa juga tercerna sebagian.
- Bagian tembolok seperti menggantung. Dalam pembedahan, tembolok burung penderita PDD terlihat rusak akibat infeksi bakteri dan jamur.
- Burung sering muntah, dan bobot badannya menurun drastis. Dalam beberapa kasus, PDD memiliki andil besar terhadap lovebird berdada nyilet.
- Seiring tanda-tanda sistem saraf pusat mungkin termasuk ataksia, gerakan abnormal kepala, kejang, dan defisit proprioseptif atau motorik.
- Jika makin kronis, burung mulai sering kehilangan keseimbangan, kepalanya sering bergerak tidak wajar, kejang-kejang, dan berbagai gangguan saraf lainnya. Tidak heran jika beberapa ahli kesehatan terkadang menyebut PDD sebagai Neuropathic Gastric Dilatation (NGD), atau penyakit saraf akibat gangguan pencernaan.
- Burung yang mulai kehilangan keseimbangan badan biasanya berujung pada kematian.
Pengobatan PDD
Untuk pengobatan, dianjurkan membawa burung penderita PDD ke dokter hewan terdekat
2. PENYAKIT PSITTACOSIS
Gejala klinis dapat bervariasi, tergantung spesies burung dan virulensi agen. Tetapi secara umum, burung terinfeksi menunjukkan penurunan nafsu makan, lesu, diare, kesulitan bernafas, menggigil, keluar cairan dari lubang hidungnya, dan mengalami penurunan berat badan secara drastis sehingga dadanya nyilet.
Bakteri C. psittaci dapat menyerang sebagian atau semua sistem organ burung. Namun yang sering terinfeksi adalah hati, limfa, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan. Burung akan mengalami depresi, tidak pernah lagi bersolek atau merapikan bulunya.
Obat terbaik untuk menyembuhkan penyakit psittacosis pada burung dan manusia pada stadium awal adalah antibiotika doksisiklin (doxycycline).
3. ASPERGILLOSIS
Beberapa faktor penyebab munculnya penyakit ini antara lain lingkungan kandang yang panas dan lembab, ventilasi udara yang buruk, sanitasi yang buruk, dan bahan pakan yang disimpan terlalu lama. Semua itu berpotensi meningkatkan jumlah spora di udara.
Dulu, penyakit ini lebih sering menyerang ayam dan kalkun, dan jarang dijumpai pada itik, angsa, merpati, kenari, dan burung kicauan lainnya. Tetapi, dalam perkembangannya, penyakit ini sudah ditemukan pada sebagian besar burung piaraan, tidak terkecuali lovebird.
Aspergillosis ditemui pada burung dalam dua bentuk. Pertama, wabah akut yang sering terjadi pada anakan dan burung muda, dengan mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka kesakitan) yang tinggi. Kedua, bentuk kronis-sporadis yang umumnya terjadi pada burung dewasa yang sistem kekebalan tubuhnya menurun. Namun angka kematian pada burung dewasa cenderung rendah.
Pencegahannya, selalu menjaga kebersihan kandang, jangan menyimpan bahan pakan terlalu lama (idealnya 1-7 hari), dan mengelap bagian kandang yang berdebu. Selain itu, kandang harus memiliki ventilasi udara yang baik.
4. TB BURUNG (AVIAN TUBERCULOSIS)
Penyakit ini disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium avium, dan sering disebut juga sebagai TB burung (TB singkatan dari tuberkulosa). TB burung bisa menyerang semua jenis burung, termasuk lovebird. Pada beberapa kasus, burung terinfeksi bisa mengalami kematian secara mendadak, ketika bobot badannya masih normal.
Untuk membedakannya dari cacingan, burung penderita TB akan mengalami diare, depresi, kesulitan bernafas, dan sering merasa haus. Pada burung indukan, jumlah produksi telur menurun drastis. Jika kondisinya sudah kronis, pengobatan menjadi sia-sia karena biasanya berujung pada kematian.
Karena itu, ketika Anda menyadari burung terlihat kurus namun nafsu makan masih bagus, silakan dicermati tanda klinis lainnya seperti diare, susah bernafas, lesu, dan sering minum.
Cara terbaik untuk mengendalikan penyakit ini adalah menyingkirkan / memusnahkan burung yang terinfeksi, segera setelah menjumpai seekor atau beberapa ekor burung yang memperlihatkan gejala-gejala klinis seperti di atas. Sebab kalau bisa disembuhkan, burung tetap akan menjadi carier terhadap bakteri Mycobacterium avium dalam waktu lama, dan sewaktu-waktu bisa muncul kembali.
5. CANDIDA / CANDIDIASIS
Candidiasis adalah penyakit yang biasa terjadi pada anakan burung yang diloloh menggunakan hand feeding. Adonan yang tidak segar menyebabkan bahan pakan masuk ke dalam tembolok dan terjadi proses peragian di dalam saluran pencernaan anakan burung. Bagian yang terserang semula hanya saluran pencernaan, tetapi akan merambat ke sistem pernafasan, paruh, kulit, bulu, mata, saluran reproduksi, bahkan sistem saraf pusat.
Burung yang kekurangan vitamin A akan mengalami penurunan nafsu makan, sehingga lama-lama menjadi kurus dan berdada nyilet.
Anakan burung yang menderita candidiasis memiliki tembolok yang bengkak atau seperti dipenuhi makanan. Jika Anda menjumpai anakan burung yang temboloknya selalu terlihat penuh, sementara Anda belum memberinya makanan, maka patut diwaspadai burung terserang candidiasis.
Anakan burung juga sering muntah, dengan mengeluarkan cairan berlendir, termasuk memuntahkan pakan yang baru dilolohkan.
Untuk pencegahan candidiasis, biasakan memberikan pakan kepada anakan burung, segera setelah adonan dibuat. Jangan biarkan adonan sampai 1-2 jam, kemudian baru dilolohkan, karena ragi bisa tumbuh dengan cepat.